Pengolahan secara tradisionil
Peralatan:
-drum besar (tangki pemasak) dengan volume 200 l;
-tungku pemasak (kompor minyak);
-loyang ( tempat penampung dan cetakan ) dengan ukuran 30×20×10 cm;
-rak penyimpanan loyang;
-alat tempat pengepres;
-lembaran kain berukuran 30×20×10 cm;
-tempat penjemuran / pengeringan.
Cara Membuat:
-Rumput laut yang akan diolah adalah jenis Gracilaria sp (agar merah) dan Hypnea sp (bulu kambing).
-Rumput laut yang sudah kering dan bersih (3Kg)
-Sebelum dimasak dalam drum yang berisi air 150 1 ditambahkan asam sulfat encer 2 sendok dan asam cuka 2 sendok
-Diaduk sampai merata, selanjutnya dimasak. Dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pemasakan (2×4 jam).Pemasakan dilakukan sampai mendidih dan rumput laut hancur serta larut menjadi suatu masa yang berbentuk bubur encer kemudian dilakukan pemisahan antara larutan dan residu. Hasil pemisahan (larutan) dituangkan pada loyang kemudian didinginkan selama satu malam sampai membeku.
-Agar yang sudah membeku dipotong dengan ketebalan 1 cm dan diletakkan diantara kain yang berukuran sama dengan cetakan/loyang, kemudian disusun dalam alat pengepres sampai ketinggian kira-kira 0,5 m dan dipres dengan cara memberi beban (batu) di atas tumpukan agar-agar
-Hasil pengepresan berupa lembaran agar-agar tipis, kemudian dianginkan dan dijemur 1 sampai 2 hari hingga kering. Dalam 3 kg rumput laut kering dapat menghasilkan 780 gram agar-agar atau 78 lembar agar-agar dengan berat pelembar 10 gram.
-Untuk menghasilkan agar-agar dalam bentuk batangan pada prinsipnya hampir sama dengan pengolahan agar-agar dalam bentuk lembaran, tapi tidak dilakukan pengepresan, hanya penyaringan biasa dan dicetak dengan ukuran 10×4×3 cm.
-Hasil cetakan didinginkan dan dibekukan semalam, kemudian dikeringkan denganpenjemuran di bawah sinar matahari.
Pengolahan secara semi tradisionil
Alat dan Bahan:
-alat pencuci;
-tangki pemasak;
-filter press (alat penyaring dan pengepres);
-ruang pendingin (freezing room)
-alat pengepres (kain);
-alat cetakan;
-alat penghancur/mesin pembuat bubuk;
-bak perendam
-rumput laut Gracilaria sp. Hypnea sp.
-asam sulfat encer 10%
-asam cuka 0,5%
-kaporit
Cara Kerja:
-Rumput laut yang telah melewati proses pembersihan awal dicuci lagi supaya lebih bersih. -Pencucian dilakukan dalam drum-drum berisi air yang mengalir secara over flow atau pencucian dengan mengalirkan air tawar ke dalam drum berlubang arah horizontal yang berisi rumput laut. -Drum berputar mengikuti porosnya.
-Setelah dicuci bersih direndam dalam kaporit 0,25% selama 4–6 jam sambil diaduk, sehingga diperoleh rumput laut berwarna putih dan bersih.
-Setelahdirendam dicuci kembali untuk menghilangkan bau kaporit,
kemudian direndam dalam asam sulfat encer 10% sampai lunak.
-Rumput laut hasil rendaman dengan asam sulfat dimasak dengan menambahkan air dalam suatu tangki pemasak. Pemanasan dilakukan sampai suhu operasi 90–100°C, pH = 5–6 (dalam suasana asam), dimana pH diatur dengan jalan menambahkan asam cuka 0,5%.
-Di samping untuk mempertahankan pH, asam cuka juga berfungsi sebagai stabilizer sehingga diperoleh tekstur molekul yang konsisten.
-Pemasakan dilakukan selama 4–8 jam sambil diaduk sampai merata.
-Setelah rumput laut hancur semua, dilakukan pemisahan melalui penyaringan dengan filter press.
-Filtrat ditampung, kemudian didinginkan selama lebih kurang 7 jam (sampai membeku).
-Hasil pembekuan dihancurkan dan dipress dengan menggunakan kain.
-Hasil pengepresan adalah agar-agar dalam bentuk lembaran dengan ukuran sekitar 40× 30 cm.
-Lembaran agar-agar diangin-anginkan kemudian dijemur di bawah sinar
matahari sampai kering.
-Lembaran agar-agar yang sudah kering dihancurkan dangan mesin penghancur sehingga berbentuk agar-agar dengan ukuran 5×5.
-Agar-agar hancur dimasukkan ke mesin pembuat bubuk (mill) sehingga diperoleh agar-agar powder yang berwarna putih. Dapat ditambahkan vanili untuk menambah aroma.
0 komentar:
Posting Komentar